URGENSI DO’A
Oleh : Wahyudin



Dalam al-Qur’an terdapat 203 ayat dengan arti yang beragam. Sedang menurut istilah doa berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung untuk memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan atau bencana yang tidak dikehendakinya.

Kata “do’a” bukan sebuah kata yang asing, ia sudah sangat akrab dipendengaran kita, bahkan pelaksanaannya  menjadi bagian penting dalam kehidupan keseharian  sebab ia seolah senjata yang senantiasa dibutuhkan oleh siapapun terlebih dalam menghadapi problematika hidup dan kehidupan yang sarat dengan tantangan, halangan, rintangan ujian dan cobaan, maka benarlah jika terdapat ungkapan ad-du’a-u silahul mukmin (do’a adalah senjata orang beriman).

Baca Selengkapnya


Tidak hanya sekedar ‘senjata,’ do’a juga merupakan salah satu bentuk amaliah ibadah yang memiliki kedudukan khusus sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya yang juga diperintahkan oleh Allah SWT dengan kalimat ‘ud’unii…’ berdo’alah, sama seperti perintah ‘shollu’ bersholawatlah, ‘ud’uu..’ berdakwahlah, ‘shumu’ berpuasalah, dan masih banyak lagi perintah-perintah ibadah lain yang semisal dengan perintah berdo’a. Kedudukan do’a sebagai ibadah ini ditegaskan dalam sebuah hadits,
“ Addu’a Hual Ibadah…”
 Do’a adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1479, At Tirmidzi no. 2969, Ibnu Majah no. 3828 dan Ahmad 4/267; dari An Nu’man bin Basyir)
Sebagai sebuah senjata yang dibutuhkan dalam menghadapi peperangan hidup, doa harus tetap diasah ketajamannya disamping juga difahami manfaat dan kegunaannya agar ia benar-benar mampu menjadi andalan dan kebanggaan disaat lapang apalagi disaat sempit, sebab tiada seorangpun akan mampu menyelamatkan dirinya dari berbagai godaan dan kesulitan tanpa tangan Allah yang dihadirkan melalui seruan doa.
Tidak ada yang dapat menghidupkan doa sebagai kekuatan senjata kecuali iman. Keyakinan akan kehebatannya hanya dapat digambarkan oleh kejernihan hati, kedalaman pemahaman dan ketulusan tawakal. Ketajamannya mampu ditampakan dari kelekatan hubungan ruh  dengan keagungan rabb-nya sebagai bentuk iman atas keperkasaan sang maha perkasa Allah SWT.
Inilah yang kemudian akan mengahntarkan siapapun pada kebutuhan terhadap do’a sekaligus penunaian wadhifah amal dalam hidup dan permasalahan hidup manusia baik secara infirodli maupun jama’i.
Kekuatan Do’a ditengan Perjuangan
Setiap kita merasa sangat membutuhkan pertolongan dan kehadiran campur tangan kekuatan Allah SWT. Karenanya syari’at telah membuat sarana mediasi tersebut, menetukan pilihan waktu yang tepat, tempat yang mustajab, serta bahasa do’a yang original, meskipun ketentuan-ketentuan tersebut tidak seluruhnya mengikat dengan menafikan yang dibolehkan, sebab do’a secara umum tidak mengenal ruang dan batas waktu bahkan tidak mengenal bahasa manapun.
Memahami substansi do’a merupakan nilai tambah tersendiri untuk memperkuat hubungan komunikasi jiwa manusia dengan rabb-Nya. Karenanya do’a menjadi sangat penting bagi kehidupan kita, karena, pertama, selain ibadah Do’a adalah sebab untuk mencegah bala’ bencana. Kedua, Do’a itu amat bermanfaat dengan izin Allah. Manfaat do’a ada dalam tiga keadaan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut,


 Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3/18, dari Abu Sa’id. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid)
ketiga:  Do’a adalah sebab kuat dan semakin mendapatkan pertolongan menghadapi musuh.
keempat: Do’a merupakan bukti benarnya iman dan pengenalan seseorang pada Allah baik dalam rububiyah, uluhiyah maupun nama dan sifat-Nya. Do’a seorang manusia kepada Rabbnya menunjukkan bahwa ia yakini Allah itu ada dan Allah itu Maha Ghoni (Maha Mencukupi), Maha Melihat, Maha Mulia, Maha Pengasih, Maha Mampu, Rabb yang berhak diibadahi semata tidak pada selainnya.
kelima: Do’a menunjukkan bukti benarnya tawakkal seseorang kepada Allah Ta’ala. Karena seorang yang berdo’a ketika berdo’a, ia berarti meminta tolong pada Allah. Ia pun berarti menyerahkan urusannya kepada Allah semata tidak pada selain-Nya.
keenam: Do’a adalah sebagai peredam murka Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
Barangsiapa yang tidak meminta pada Allah, maka Allah akan murka padanya.” (HR. Tirmidzi no. 3373. Syaikh Al Albani mengatakan  bahwa hadits ini hasan)

Ikhwah fillah. Sejarah sudah membuktikan apa yang dikatakan doa sebagai senjata. Kisah tentang nabiyullah Nuh ‘alaihis-salam melakukan jihad da’awi siang dan malam secara sembunyi dan terang-terangan. Jihad yang dilakukan selama sembilan ratus lima puluh tahun. Ternyata masyarakat yang menerima da’wah beliau hanya sedikit saja. Menghadapi kondisi demikian beliau memanjatkan do’a kepada Allah swt:
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma`siat lagi sangat kafir. (QS Nuh: 26 – 27)
Demikianlah, kemudian akhirnya kita ketahui ternyata Allah swt memang membinasakan seluruh orang-orang kafir itu. Sesuai do’a yang dipanjatkan oleh nabi Nuh ‘alaihissalam.
Kita juga teringat tentang do’a nabiyullah Musa ‘alaihis-salam kepada Allah SWT yang ditujukan untuk Fir’aun dan bala tentaranya. Karena mereka sudah benar-benar melampaui batas dalam kecongkakan dan kepongahan dengan mengandalkan berbagai macam kekuatan duniawi yang dimilikinya. Saat itu nabiyullah Musa ‘alaihis-salam berdo’a:
Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksan yang pedih”. (QS Yunus: 88)
Kemudian selanjutnya kita ketahui apa yang menimpa Fir’aun dan bala tentaranya, mereka semua ditenggelamkan Allah swt di lautan.
Terdapat pula contoh lain, yaitu do’a para nabi yang mengharapkan agar kaumnya mau menerima da’wahnya.

Salah satu diantaranya adalah do’a nabiyullah Muhammad saw. Doa ketika da’wah beliau kepada orang-orang Thaif disambut dengan lemparan batu dan tuduhan-tuduhan yang menyakitkan. Saat itu beliau saw memanjatkan do’a kepada Allah swt dengan mengatakan:
Ya Allah, berikanlah petunjuk dan hidayah kepada mereka, sebab mereka tidak mengetahui..

Setelah kurang lebih sepuluh tahun kemudian seluruh penduduk Thaif menyatakan masuk Islam, berarti ada jarak kurang lebih 10 tahun antara do’a nabi Muhammad saw dengan kenyataan mereka menerima hidayah Allah swt.
Yang menarik, saat terjadi gelombang massal pemurtadan pada masa Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq di Jazirah Arab, orang-orang Thaif tidak termasuk golongan yang murtad. Pemimpin mereka berkata kepada kaumnya: “Wahai kaumku, janganlah kalian murtad, sebab kalian adalah yang paling akhir masuk Islam, maka janganlah kalian menjadi yang pertama dalam kemurtadan!”
Do’a juga merupakan rujukan terakhir orang-orang beriman saat mereka menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan besar. Khususnya saat mereka berjihad di jalan Allah swt.
Kita bisa renungi bagaimana saat pasukan Thalut berhadapan dengan pasukan Jalut yang besar dan dahsyat. Saat itu mujahidin mukminin melihat betapa besar dan hebatnya kekuatan pasukan Jalut, maka mereka memanjatkan do’a kepada Allah swt:
Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir". (QS Al Baqarah: 250)
Maka, do’a itu membuat Allah swt memberikan kemenangan-Nya kepada mereka. Sekalipun jumlah dan peralatan mereka sangat tidak sebanding dengan apa yang dimiliki pasukan Jalut, sebagaimana tersebut pada ayat setelahnya.
Do’a yang mirip dengan do’a pasukan Thalut diatas adalah do’a nabi Muhammad saw ketika menghadapi pasukan yang menjadi kekuatan utama musyrik Makkah, di bawah pimpinan Abu Jahal cs. Saat itu nabi Muhammad saw terus berdo’a kepada Allah swt tiada henti-hentinya, begitu khusyu’ dan seriusnya, hingga selendang (baju penutup tubuh bagian atas) beliau terjatuh. Beliau memanjatkan do’a:

Ya Allah, penuhi dan wujudkan apa yang telah Engkau janjikan kepadaku, ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku, ya Allah, jika golongan Islam ini binasa, niscaya Engkau tidak akan disembah lagi di atas bumi ini (HR Muttafaqun ‘alaih).

Dan sebagaimana diabadikan oleh sejarah, pada hari itu Allah swt menghancurkan kekuatan utama musyrik Makkah.
Ikhwah Fillah, Dakwah hari ini sedang berada dalam berbagai ancaman dan ujian, tetapi Allah tidak akan pernah membiarkan Islam ditinggalkan. Pertolongan-Nya akan selalu datang untuk jama’ah dan hamba-hambaNya yang iltizam memperhatikan dan mengamalkan syarat-syarat perjuangannya sehingga do’a yang menjadi bagian dari senjatanya kaum mukminin benar-benar sebagai senjata yang mampu mengundang pertolongan-Nya. Hasbunallah Wani’mal Wakil, Ni’mal Maula Wani’man Nashir…Wallahu A’lam

0 Response to " "

Posting Komentar

Silahkan poskan komentar anda disini. Jangan lupa Like