PUISI PAGI BUAT TUAN
Di sela keheningan ini ku ajak nalarku berselancar di laut indah yang sarat oleh terjangan kepongahan logika-logika ngawur dan terpaan fitnah-fitnah tanpa hijab. Keindahannya hanya dapat dibaca oleh kejujuran dan kepedulian, sisanya hanya kepura-puraan saja. Lautan itu aku beri nama Indonesia, meski sampai kini aku masih tidak tahu makna terdalam dibalik indah namanya. Aku sampaikan salamku pada sang pemimpinnya, semoga masih Tuan dapati hari-hari penuh arti, jarak pandang yang terang, semoga tidak dikaburkan oleh tebalnya asap di kebakaran hutan, sebab aku masih menanti kiprah tuan yang tidak hanya sekedar pandai belusukan apalagi masuk got sampai belepotan. Akan sampai satu tahun kakimu berdiri di istana, aku berharap bukan hanya tidur, apalagi hanya bias bicara ngawur. Kita mendengar banyak kegaduhan. Dari orang-orang pasar, tukang daging, tukang sayur, pedagang kaki lima dan dari mereka yang rumahnya dihimpit mahalnya harga beras dan meroketnya dollar. Apa yang mereka suarakan adalah bahasa hidupnya diluar sinetron. Itu nyata, coba gigit lidahmu, pasti kau tidak sedang bermimpi. Turunkan harga, mudahkan lapangan kerja, hanya itu nyanyian pilu mereka. Berulang kali aku sampaikan ‘ jujurlah ‘ soal kemampuan, negeri ini punya banyak persoalan. Jika tak mampu melangkah maka dengarkan saja, lalu tuan kabarkan jeritannya pada anak negeri ini pada ahlinya. Tidak usah mengangguk padahal tak faham, tidak usah bersiap padahal tak berdaya, jangan pula sibuk mencari kambing hitam, apalagi mengelak tanpa wajah dosa, kita tidak ingin negeri ini bertambah runyam, hanya sebab sang pemimpin tidak jujur mengakui kelemahan. Apa kabar rakyat ,saudaraku semua. Sepertinya kita sudah mulai kehilangan pengawal perubahan, yang dimasa awal reformasi sangat cepat dan sigap mengabarkan keganjilan. Tayangan televise sepi dari aksi, Koran-koran lesu dari hanya sekedar menulis maraknya para demonstran. Kabar Saudi, teroris, sampai celotehan tenku Wisnu yang Cuma kata-kata biasa malah tampak sangat seksi untuk gencar dipublikasi. Apa kabar PKI, apa hari ini kalian sudah punya kawan baru? Oh, ternyata hampir saja aku berlabuh jauh dari berselancar. Segelas air panas dimejaku sudah mulai dingin. Mushaf mungilku sudah menanti dijelajahi. Insya Allah, aku lanjut nanti #saveindonesia
0 Response to "PUISI PAGI BUAT TUAN"
Posting Komentar
Silahkan poskan komentar anda disini. Jangan lupa Like